Qurban Tanamkan Makna Ikhlas



Mengorbankan sesuatu yang kita cintai demi allah
sama beratnya seperti mema'afkan orang yang pernah menyakiti kita...

Keikhlasan Ibrahim AS, mengorbankan putranya...
keikhlasan Muhammad SAW, mema'afkan orang yang mendzaliminya...
ciri dari Ketaqwaan yang luhur...

Kadang korbanan kita dianggap sebagai biaya [korbanan ekonomis untuk memperoleh yang lebih besar]...
kadang ma'af kita hanya sebatas tenggorokan ke kepala [hati masih ngedumel, tangan mengepal, kaki tegang dan gemetar]...

Sulit tanpa iman, Sakit tanpa ikhlas, Sengsara tanpa Taqwa
Bukannya kita tidak pernah melihat keatas saat yang jatuh dari atas menimpa kita adalah uang? sebaliknya kita selalu melihat keatas saat yang jatuh menimpa kita adalah batu.

Berkurban ciri kita bukan tergolong penerima kurban [Mustahiq], secara umum kurban tidak hanya di bulan Dzulhizah dimana sekaligus mengenang ketaqwaan Ibrahim AS mengorbankan putra satu-satunya yang sangat ia sayangi [Ismail AS]. Infak, Sodakoh juga memiliki makna berkurban dengan syarat memberikan pada 8 mustahiq dengan sesuatu yang paling kita sayangi dan memberikan manfaat bagi si penerimanya. Memberikan Guci yang kita sayangi kepada tuna wisma kurang memberikan makna berkurban karena dinilai bermanfaat rendah.

Ikhlas menjadi dasar niat untuk berkurban, membahagiakan orang lain dengan sesuatu yang kita miliki meskipun nantinya kita sendiri tidak ikut menikmatinya menunjukan keikhlasan yang dalam. Begitupun mema'afkan seseorang secara tulus, meskipun kenangan pahit tersebut takan terlupakan seumur hidup adalah makna dari keikhlasan berkurban.

Kita semuanya percaya apa yang dikatakan Maher Zain...
Insyaallah semuanya akan ada jalannya...

Rudy_Bogor

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama