Di alam, komunitas mahluk hidup yang berada pada habitat tertentu akan selalu mengalami naik dan turun baik dalam jumlah maupun jenisnya. Serangga di alam memiliki peranan masing-masing baik sebagai herbivore, pollinator, predator, parasitor, dan lainnya. Fungsional berdasarkan peran dari mereka menunjukkan struktur komunitas pada suatu habitat. Perubahan struktur komunitas sebagai bentuk dinamika komunitas dapat berlangsung secara cepat akibat respon [refleksi] mahluk hidup terhadap faktor abiotik [lingkungannya] dan biotic [interaksi diantara spesies yang berbeda dan interaksi dalam spesies]. Hasil analisis Schowalter, et al [1999] menggunakan multivariat menunjukkan adanya perbedaan struktur komunitas pada tanaman akibat jumlah curah hujan yang berbeda. Selanjutnya Schowalter dan Ganio [2003], menyatakan adanya perbedaan struktur komunitas arthropoda pada ketinggian tajuk tanaman yang berbeda di hutan tropis yang diteliti pada tahun 1991-1996. Perubahan komposisi dan kelimpahan spesies mengubah keragaman spesies, struktur jaringan makanan dan organisasi fungsional. Perubahan kelimpahan spesies mempengaruhi interaksinya dengan spesies lain. Perubahan kelimpahan spesies pada trophic tingkat satu dapat mempengaruhi keragaman dan kelimpahan spesies di tingkat tropik bawahnya. contohnya penurunan kelimpahan predator biasanya meningkatkan kelimpahan serangga herbivora dan selanjutnya menurunkan kelimpahan tanaman (Carpenter and Kitchell 1987, 1988, Letourneau and Dyer 1998). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa faktor biotik dan abiotik menentukan perubahan kelimpahan dan keragaman spesies dalam struktur komunitas.
Bentuk respon [refleksi] terhadap kondisi lingkungan [faktor abiotic dan biotic] adalah sebuah proses perubahan struktur komunitas baik secara normal maupun secara cepat merupakan bentuk perkembangan suatu komunitas. Suksesi perubahan struktur komunitas ini disebut sebagai ecological succession. Terdapat tiga tahap dalam proses perubahan struktur komunitas ini. Pada tahap awal adalah keberhasilan perkembangan organisme yang teratur [ontogeny], kemudian diikuti dengan keberhasilan perkembangan sesuai urutan tahapan yang diatur oleh proses biogenic, dan tahap akhirnya adalah suksesi yang merupakan puncak keabadian suatu komunitas [climax] yang ditentukan berdasarkan kondisi iklim.
Suksesi ekologi dapat dikatakan juga sebagai proses kolonisasi dan replacement [penggantian] secara bertahap masing-masing spesies dalam suatu habitat. Terdapat dua pola suksesi yakni :
Suksesi ekologi pada suatu habitat biasanya diawali dengan kolonisasi oleh komunitas berstrategi r dan tahap selanjutnya didominasi oleh komunitas berstrategi K. komunitas berstrategi r merupakan pengkolonisasi awal dalam memanfaatkan sumberdaya memiliki kemampuan reproduksi. Terdapat 3 model suksesi dalm ecological succession 3 model suksesi: [a] facilitation model [Clements 1916] yang menunjukkan satuan komunitas dapat berkembang dengan progresif sesuai dengan ontogeny masing-masing organisme [terfasilitasi dengan baik]; [b] tolerance model [Connell and Slatyer, 1977] yang menunjukkan ekosistem terbaik yang didominasi oleh munculnya tunas dan perkecambahan benih-benih serta kolonisasi yang cepat pada sumberdaya di ekosistem sebelahnya; [c] inhibition model yang merupakan transisi sebagai antithesis model fasilitasi dimana koloni awal tersaingi oleh koloni berikutnya dan menyebabkan harus terjadi kerusakan atau kematian salah satu spesies untuk memperoleh sumberdaya [Connell and Slatyer, 1977].
Bentuk respon [refleksi] terhadap kondisi lingkungan [faktor abiotic dan biotic] adalah sebuah proses perubahan struktur komunitas baik secara normal maupun secara cepat merupakan bentuk perkembangan suatu komunitas. Suksesi perubahan struktur komunitas ini disebut sebagai ecological succession. Terdapat tiga tahap dalam proses perubahan struktur komunitas ini. Pada tahap awal adalah keberhasilan perkembangan organisme yang teratur [ontogeny], kemudian diikuti dengan keberhasilan perkembangan sesuai urutan tahapan yang diatur oleh proses biogenic, dan tahap akhirnya adalah suksesi yang merupakan puncak keabadian suatu komunitas [climax] yang ditentukan berdasarkan kondisi iklim.
Suksesi ekologi dapat dikatakan juga sebagai proses kolonisasi dan replacement [penggantian] secara bertahap masing-masing spesies dalam suatu habitat. Terdapat dua pola suksesi yakni :
- Primary succession [keberhasilan primer] yang terjadi pada habitat yang baru muncul mencakup formasi tanah dan kolonisasinya oleh spesies dalam waktu yang lama dan membutuhkan sedikit modifikasi substrat
- Secondary succession [keberhasilan sekunder] terjadi pada suatu tempat dimana tempat tersebut sebelumya telah terjadi gangguan terhadap komunitas dan berpengaruh terhadap sisa substrat dan kemampuan hidup individu.
Suksesi ekologi pada suatu habitat biasanya diawali dengan kolonisasi oleh komunitas berstrategi r dan tahap selanjutnya didominasi oleh komunitas berstrategi K. komunitas berstrategi r merupakan pengkolonisasi awal dalam memanfaatkan sumberdaya memiliki kemampuan reproduksi. Terdapat 3 model suksesi dalm ecological succession 3 model suksesi: [a] facilitation model [Clements 1916] yang menunjukkan satuan komunitas dapat berkembang dengan progresif sesuai dengan ontogeny masing-masing organisme [terfasilitasi dengan baik]; [b] tolerance model [Connell and Slatyer, 1977] yang menunjukkan ekosistem terbaik yang didominasi oleh munculnya tunas dan perkecambahan benih-benih serta kolonisasi yang cepat pada sumberdaya di ekosistem sebelahnya; [c] inhibition model yang merupakan transisi sebagai antithesis model fasilitasi dimana koloni awal tersaingi oleh koloni berikutnya dan menyebabkan harus terjadi kerusakan atau kematian salah satu spesies untuk memperoleh sumberdaya [Connell and Slatyer, 1977].
Tags
Artikel